ilustrasi/istock |
Sukapura-news.com – Seperti diketahui, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Nizam, mengingatkan prinsip yang paling penting dalam pengembangan kurikulum yaitu learning outcomes dan berkualitas global. Hal ini sehubungan dengan kebijakan Kampus Merdeka yang perlu diimplementasikan secara baik dan kuat di lingkungan perguruan tinggi.
"kita Fokus pada learning outcomes, kurikulum bukan sekadar kumpulan mata kuliah, tapi keseluruhan proses dan pengalaman, keseluruhan jatuh bangunnya mahasiswa yang pada akhirnya akan menghasilkan lulusan-lulusan yang mempunyai kompetensi yang sesuai dengan kesarjanaannya," ujar Nizam.
Disamping itu, kesiapan kita dalam berkompetisi dalam tingkat global harus didukung penuh. Contoh kecil yang bisa diimplementasikan seperti bekerja sama dengan mitra global, dan kelas yang ada didorong untuk bisa lebih kolaboratif serta partisipatif.
Lebih lanjut Nizam mengatakan bahwa Kampus Merdeka merupakan salah satu bentuk nyata yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Kemendikbud yang diprakarsai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) untuk membangun masa depan di masa industri 4.0 yang penuh daya saing serta dibutuhkan eksplorasi kreativitas untuk bisa menemukan potensi diri atau passion dalam menyongsong perubahan industri yang sangat dinamis dan menyiapkan mahasiswa menjadi actual learners hingga menjadi future pro di masa depan dengan penekanan kreativitas dalam penyelesaian terhadap masalah yang ada.
"Dalam hal menerapkan kebijakan Kampus Merdeka, strategi pembelajaran saat ini lebih bersifat e-learning dan ketika mahasiswa memiliki eksplorasi potensi terhadap bangsanya maka banyak serapan-serapan ide dan referensi yang bisa mereka kembangkan untuk bisa memahami permasalah-permasalahan bangsa, serta membuka peluang untuk mendapatkan bibit unggul yang memiliki ide baru dalam setiap masalah yang dihadapi," jelasnya.
Nizam kemudian menjelaskan di era transformasi digital yang penuh dengan tantangan dan peluang ini dibutuhkan kreativitas untuk bisa merubah tantangan tersebut menjadi peluang. Setiap revolusi industri sedikit banyak mempengaruhi lapangan kerja.
"Lapangan kerja yang ada seketika dapat hilang di era revolusi industri 4.0 dan dapat menyebabkan redefine pekerjaan," pungkasnya.
Saat ini, lanjut Nizam, pekerjaan bersifat dinamis, sehingga menuntut perubahan pola pembelajaran yang dilaksanakan di setiap perguruan tinggi agar tetap bisa menghasilkan insan-insan yang kreatif dan peka terhadap peluang yang ada.
"Di saat yang sama, perkembangan mesin yang diciptakan manusia bisa menjadi pesaing, sehingga jika tak kreatif dan kompeten, manusia dapat kehilangan pekerjaan. Dulu pekerjaan yang banyak dilakukan manusia adalah berpikir, saat ini mesin juga berpikir," imbuhnya.
Nizam mengungkapkan pada revolusi pertama, pendidik sebagai satu-satunya sumber ilmu. Kini, hal tersebut tidak dapat sepenuhnya lagi diterapkan. Saat ini, fokus telah bergeser pada student learning.
Belajar dapat dimanapun, kapanpun, dan dengan cara apapun serta dukungan dari kreativitas sangat diperlukan agar manusia bisa terus berinovasi dalam setiap penyelesaian masalah yang ada dan menghasilkan solusi yang nyata.
"Pendidikan hanya sebagai learning journey untuk mendapatkan pengetahuan. Ouput-nya menjadikan pembelajar kita yang fleksibel, adaptif, serta kreatif untuk menangkap suatu peluang untuk menciptakan sesuatu yang baru," ungkapnya. Sumber : https://www.suaramerdeka.com/news/nasional/248406-dirjen-dikti-ingatkan-prinsip-penting-dalam-pengembangan-kurikulum
0 Comments